Sabtu, 15 Januari 2011

“Jangan Miringkan Sajadahmu”_copaz judul sebuah novel Muhammad B Anggoro_


“Serasa nak bercerai,kalau tak mengingati kalian”...suara itu parau ditelingaku.

Kasurku,bantal,gulingku,Teddy bear coklatku,lantai,dinding2 kamar semua jadi es,suhu kamarku drop menjadi minus dibawah rata2 suhu normal..

Aku beku....!

Ketulan air hujan sisa petang tadi membeku dijendela kamarku.

Aku menggigil....!
***

Slide-slide kenangan kembali menggambar dimindaku.
Malam itu.....
Aku dan adik lelakiku,ketika itu aku berusia 8 tahun Dan adikku 5 tahun. Bersembunyi dibalik pintu,menangis ketakutan. Kurasakan adikku memegang erat lenganku_kami berpelukan.

“kita cerai saja!..” terdengar suara Ibu.
“Prang...braakkkk...gedubraakkkkkkk” entah apa yang jatuh,terlempar.

Tak terdengar suara Abah,hanya dengusan geram,kesal,marah.
Kuberanikan diri mengintip,terlihat jelas Ibu dengan mata sembab,airmatanya berderai diusap sekena dengan ujung lengan bajunya. Sementara Abah memandang keluar tak perduli,sungguh tak perduli pada Ibu.
Ingin aku berlari memeluk Ibu ketika itu tapi adikku makin erat memegang lenganku,wajahnya pucat ketakutan.
“Adik jangan takut”...kupeluk adikku erat.
Ku usap airmataku,ingusku yg meleleh. Aku berjanji pada diri sendiri untuk tegar,kuat bertahan dalam keadaan apapun.Kan ku jaga Ibu&adikku.

Ku dapati setitik rasa yang aneh,rasa yg sungguh tak kuinginkan,rasa yg melahirkan tak nyaman sama sekali.rasa yang tersimpan untuk Abahku.
Terakhir-akhir ini kudapati rasa itu bernama kesal!mendekati benci..maaf.

Berhari-hari Ibu dan Abah saling diam. Seperti malam juma’at Kliwon dikampungku. _senyap,melalak_sepi,melantang_.
Aku dan Adikku sungguh tak mengerti apa yang terjadi.
Petang_ketika aku menemani adikku membuat miniatur helikopter dari kedebok pisang krn helikopter mainannya patah baling2nya.

“Yuk,kalau Ibu Dan Ayah cerai ayuk nak ikut sape?”..tanyanya tiba2 mengejutkan aku.

Ia menggunakkan kata “cerai” setelah bertanya padaku apa artinya kata itu setelah bebrapa saat insiden itu. Entah apa sebenarnya yg bisa ia fahami dari kata itu,yang jelas sedih menggantung pada kalimatnya saat mengucapkan itu.
Aku menatap mata jernihnya,wajah polosnya.Aku menarik nafas dalam,berat.

“Ibu”..... sahutku lemah sekali.
Sungguh aku tak ingin memilih siapa-siapa,aku ingin keduanya ! jeritku dalam hati.

“Dek ikut ayuk,kalau ayuk ikut Ibu,Dek juga” matanya membulat menatapku.
“Ah, ayuk tolong pasangkan baling-balingnye ye dek”..kataku sengaja mengalihkan pembicaraan kami yang seperti pisau menghiris-hiris hatiku.

Dan Adikkku sibuk berceloteh tentang helikopternya yang habis batrai dan patah baling-balingnya. Dan dengan bangganya adikku mengatakn helikopter yang dibuatnya dari kedebok pisang tak kalah bagusnya dari miniatur yg rusak itu.

Aku menangis dalam hati.
Ku berdoa Agar aku cepat dewasa,lulus sekolah,bekerja.Akan kubelikan mainan baru untuk adikku.
Kami berlariaan bersama angin petang itu dihalaman belakang rumah membawa helikopter kedebok pisang,tertawa lepas,lupa tentang luka yg tertoreh,akan kelabu,suramnya masa depan yg kami ada.
Hingga suara Ibu terdengar menyuruh kami mandi,shalat magrib Dan mengaji.

***

Aku berusia 13 tahun_
Adikku telah lama meninggal dunia saat berusia 7 tahun.
Aku sangat kehilangan sampai detik ini. Aku merasa amat sendiri,aku hanya ada Ibu dan dia dalam hidupku.
Seiring berjalannya waktu,usiaku meningkat_aku jauh dari Ibu_
Aku kdg mulai melawan dalam diam,keras kepala,berbohong,tak shalat,tak mengaji bahkan lupa Alif , Ba, Ta...malas belajar,mulai merokok.banyak lagi dosa yang lain terpahat.

Aku mulai memahami mengapa Ibu dan Abah sangat menyukai kata “cerai”.
Abah adalah seseorang yang sangat mencintai,mementingkan keluarganya. Itu baik tapi tidak untuk mengetepikan posisi Ibu sbg istri. Hingga sedikit melupakan tanggung jawab,makan,kebutuhan harian.
Seharusnya Ibuku disayangi,dijaga,dilindungi,dibimbing tempat berbagi suka,duka segalanya namun sebaliknya. Tak jarang Ibu dihardik tak perlu ikut campur saat Ibu sedikit bersuara.
Jauh sekali dari mesra apalagi romantis. Masing2 mementikan diri,ego tak mau disalahkan.

Aku pernah terbaca sebuah hadist,Rasulullah Saw bersabda:
”Orang pilihan diantara kalian adalah yg paling berbuat baik kepd perempuan(isteri)nya..”(HR Imam tirmidzi,Ibnu Majah,Imam Baihaqi&Thabrani)

Untuk apa,mengapa menikah? Tanya itu menjejali otakku.
Aku banyak berubah. Satu yang masih tak berubah dari sejak usiaku 8 tahun dulu,rasa yang aku simpan pada Abah.
Aku jauh dari mereka,aku bersekolah dikota menumpang dirumah keluarga Abah. Bertambah list lukaku.

***
Aku berusia 14tahun_
Ibu hamil lagi aku medapat adik lelaki lagi. Dua tahun kemudian aku punya adik perempuan.

Aku makin jauh dari mereka. Namun kufikir semuanya baik2 saja.
Aku makin tercari2 jati diri sendiri. Tak tentu arah.

***
Usia 17 tahun berjalan 18 tahun_
Aku merantau ketanah jawa,mengais rezeki demi sesuap nasi. Menghidupi diri sediri.
Yah ku fikir segalanya dalam keadaan baik…hadirnya kedua adik barukku. Namun semua tak berlangsung lama. Ah Abahku kembali seperti dulu..
Usaha bangkrut,hutang keliling pinggang entah untuk apa. Abah pergi merantau mencari uang pamitnya pada Ibu, tapi berbulan Ibu tunggu tiada uang belanja,berkhabarpun tidak.

Kuterima surat Ibu sepulang kerja yg mengabarkn semua itu.
Karna untuk berhubung melalui telpon dirumahku tiada kemudahan telpon apa lagi ha pe. Itu masih barang antik buatku ketika itu apatah tidaknya uang gajiku cukup2 untuk makan,bayar kontrakan dan sedikit menabung.

Ibu kehabisan beras,ditagih hutang oleh orang2 yang ibu tak tahu.

Aku tergugu pilu…
Kuputuskan pulang,ambil cuti sehari.
Bayangkan betapa perjalanan yg tidak ringan,kampungku jauh nun disumatera. Dg bus aku berangkat pagi sepulang kerja malam sampai kampungku pagi keesokan harinya..
Tanpa istirahat aku berdiri dibelakang Ibu selesaikan segalanya.
Petang aku kembali bertolak ke jakarta malam harus bekerja.
Tubuh ringkihku termamah lelah,hidupku morat marit tak karuan.
Satu yang menghiburku senyum Ibuku ketika melepasku tadi.

Rasa itu yg kusimpan pada Abahku makin menebal,makin mendekati rasa yg lebih menakutkanku..
Aku sungguh tak bermaksud ya Allah..desisku pilu.
***

Usiaku 20tahun_
Proposal menikah dari seorang ikhwan ditanganku, agamanya,visi dan misinya,baik,wajah teduhnya SubhanAllah...tiada alasan aku untuk menolak sebenarnya tapi tentu dengan istikharah terlebih dahulu.

Oya aku lupa bercerita,ketika usiaku 18 tahun berjalan ke 19tahun aku berhijrah...memakai hijab.
Tentunya diiringi dengan pembenahan,revisi berbagai segi dalam hidupku..berharap,berusaha bermetamorfosis dari kepompong menjadi kupu-kupu yang cantik...semoga.

Pernikahan adalah jembatan untuk kita lebih mencintai-Nya,beribadah padaNya.
Maçam-macam teori yang melekat dikepalaku..tapi aplikasinya susah,berat sekali.

Indah membayang.....
Tapi..Abah .....aku sangat takut sekali.
***

Usiaku 20tahun berjalan 21tahun_

“Dik saya ingin melamar adik,sudikah adik menjadi istriku?”..tanya seorang Mas yang baik hati nan tidak sombong padaku ditepi jalan,saat tawarannya makan malam kutolak mentah-mentah.

“kalau ada hal penting sekarang aja ngomongnya,nanti malam aku sibuk” kataku cuek be2k padahal serius,asli aku bukan dari jenis spieces itu:bebek.

Dia tahu itu sikapku,tidak bisa ditawar-tawar.Dia cukup mengenaliku seorang perempuan yg keras kepala tapi lembut hati, cuek,acuh tapi perhatiaan dan penuh kasih sayang.
Itu katanya suatu ketika, aku melotot... dg isyarat kukatakn lewat mataku “hentikan ocehanmu atau kau pulang dalam keadaan lebam2 atau patah gigi”.

Dia adalah sahabat yg berbaik hati merelakan diri disusahkan olehku karna setiap champing,menjelajah hutan,mendaki,atau berbagai adventure aku ngotot ikut.

“hah, mo bilang ini ditepi jalan?..”kataku menetralisir rasa terkejutku.
‘salah sendiri ‘ ujarnya tak mau kalah.

Aku mengecilkan kedua mataku,menatapnya aneh.
Dia mematung seperti tiang bendera ditepi jalan.

“Aku masih kecil Mas” aku menjawab tanpa menatapnya... lalu tertawa hambar,kosong.
Yah kosong rasanya...Aku ngeloyor pergi begitu saja,kutinggalkan ia selepas Salam.
Ia terheran-heran,terbengong dengan sikapku,aku tak perduli.

Rasa yang tersimpan karna Abah...
membayangiku!

***
Usiaku 23tahun_
Seorang lelaki serius,berkacamata berwajah type2 ala guru begitu. Menanyakan aku pada Ibuku..
Aku tak perduli..
Satu,dua tetangga menanyakan aku pada Ibuku untuk anak lelakinya yg rata2 mereka adalh teman sepermainanku waktu kecil..
Aku juga tak perduli,sungguh tak ingin membuka hati.
Ibuku menyerah...

Bayangan itu menghantuiku Ibu...

***
Sekarang usiaku 27 tahun.
Dan tadi malam kudengar lagi kata itu “cerai”... seperti 19tahun silam.
Kini aku sendirian tanpa Adikku dan tak lagi menangis seperti dulu karena sudah terlalu sering menangis hingga aku lupa cara menangis.

Kukuat2kan hatiku,lamat2 istiqfar kuucap..

Ibu harus sabar,tetap semangat.
Apapun keadaan Abah,Ibu harus tetap menghormati beliau sebagai suami. Karna disanalh letak surga atau neraka bagi Ibu,Ridha Allah juga bergantung pada ridha beliau juga..

"Janganlah kau taruh harapanmu pada manusia,kau akan kecewa.Taruhlah harapanmu pada Tuhan,agar engkau terselamatkan.."(Jalaluddin Rumi)

Sungguh tiada bermaksud menggurui.
Aku tak mampu berkata-kata lagi,sebak...
Kosong semua kembali kosong..

Gerimis diluar kamar,kesedihan terlukis dijendela kamar. Aku tertidur kelelahan memeluk teddy bear coklatku.
***

“Jangan sebut aku perempuan sejati,jika hidup hanya berkalang lelaki. Tapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai”
(kato ontosuroh,perempuan berkalung sorban)

by. annie ahmad (http://www.facebook.com/profile.php?id=100001277145795)



Note:_kembali sekedar belajar menulis,menyalurkn hobby berhayalku_
semoga sedikit bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar